top of page

Ikan Bilih: Ke-khas-an di Danau Singkarak

Ikan Bilih (Mystacoleusus Padangensis) hanya tumbuh berkembang asal mulanya di Danau Singkarak, di Propinsi Sumatera Barat.

Danau Singkarak dengan koordinat 0°36′44,17″LU100°32′21,14″BT / 0,6°LS 100,53333°BT, dikelilingi oleh sebagian negeri-negeri yang tercakup ke dalam Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar; Batu Limbak, Kacang, Singkarak, Sumani, Saniang Baka, Paninggahan, Muaro Pingai, Malalo, Sumpu, Batu Taba, Pasie Jaya dan Ombilin. Danau ini memiliki luas 107,8 km².

Bagi masyarakat lokal di sekeliling Danau Singkarak, Ikan Bilih saat ini masih sebagai sumber nafkah ekonomi utama selain bertani dan berdagang.

Untuk mendapatkan ikan khas ini, anggota masyarakat laki-laki dengan menggunakan biduak (sampan atau perahu dengan motor ataupun tidak) menempatkan pukek atau jariang di tengah danau semalaman. Pukek tersebut akan diangkat dan dibawa ke tepian di pagi hari.

Adalah menjadi bagian kesibukan kaum perempuan di saat perahu berisi pukek tersebut sampai di tepian dimana mereka kemudian akan melepaskan satu per satu ikan yang terjala. Selain menggunakan metode penangkapan dengan pukek, beberapa anggota masyarakat di sekitar muara-muara sungai di Danau Singkarak juga menggunakan jala tangan untuk menangkap Ikan Bilih.

Tetapi, di saat ini Ikan Bilih di Danau Singkarak telah menjadi perihal yang memperihatinkan dengan tingkat kelangkaannya. Beberapa hasil penilitian pelaku akademik perguruan tinggi di Sumatera menyebutkan bahwa kelangkaan Ikan Bilih berhubungan dengan distribusi keberadaan plankton sebagai bahan makanan bagi ikan jenis ini, pola penangkapan oleh masyarakat, begitu juga dengan keberadaan PLTA Singkarak yang menjadikan aliran air danau sebagai penggerak turbin.

Di lain sisi, pemerintah dan organisasi-organisasi indipenden pun memberdayakan sumber nafkah ekonomi masyarakat lokal dengan memberikan edukasi pengayaan pengolahan ikan menjadi semacam sajian penganan ringan dengan berbagai macam rasa; Ikan Bilih Serundeng, Ikan Bilih Goreng Tepung, Keripik Ikan Bilih, dan lain sebagainya yang diekspor ke pasaran lokal, nasional dan internasional. Upaya pengayaan hasil akhir ini sebagai alternatif dari penglohan ikan yang sebelumnya hanya sebagai lauk-pauk yang menemani kegiatan makan nasi. Fasilitas dan sarana pemantauan dengan sumber-dayanya, terutama terhadap pola-pola penangkapan yang akan merusak habitat ikan juga disediakan oleh pemerintah.


Recent Posts
Archive
Follow Us
  • Facebook Basic Square
  • Twitter Basic Square
  • Google+ Basic Square
bottom of page