top of page

Mendulang Papua

Dua pasang laki dan perempuan dalam ikatan kekeluargaan; anak, mantu, bapak-ibu dan bapak-ibu mantu, katanya meraka datang dan berasal dari Larat, Tanimbar yang termasuk di dalam Kepulauan Maluku, mendulang emas di Timika, Kabupaten Mimika, Papua.

Satu gram emas bisa mereka dapatkan dengan bekerja bersama-sama dari pagi hingga tidak sampai sore hari di saat mereka kembali ke rumah kontrakan mereka kurang dari satu kilometer dari lokasi mereka mendulang di pinggir sebuah aliran air sungai yang membentang kurang dari dua ratus meter. Itu adalah air sungai yang jernih, bersih. Itu bukanlah aliran “tailing”, aliran air yang sudah bercampur dengan sisa pasir “concentrate” mineral dari operasi penambangan mineral.

Rupanya tanah dan batuan di area itu merupakan aliran “tailing” lama yang mana sekarang ini aliran “tailing” tersebut sudah diarahkan ke arah lain berjarak satu kilometer dari lokasi mereka saat ini.

Dengan satu gram emas yang meraka dapatkan setelah pasir-pasir emas tersebut dijual ke “tauke” yang membakar pasir-pasir emas tersebut, katanya mereka bisa mendapatkan uang kisaran empat ratus hingga empat ratus lima puluh ribu rupiah. Dalam hitung-hitungan kasar, uang dalam jumlah tersebut sudah lebih mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari di Timika. Entah lah itu untuk kebutuhan lanjutan selain kebutuhan dasar. Katanya, mereka masih sanggup untuk pulang kampung ke Larat terutama di saat Natal.

Tetapi, bagi saya pribadi, bukan hanya perkara mereka Keluarga Cemara dari Larat tersebut. Terlontar ujaran spontan yang hanya sampai di tenggorokan saya……..

Jangan-jangan seluruh tanah Papua ini adalah emas atau mineral lain yang dapat menghasilkan uang sehingga semua individu yang memang mau tidak memiliki lagi alasan untuk tidak memiliki uang.

Itu hanya sebuah “utopia”, di sisi lain saya menyadari itu.

Permasalahan kesejahteraan di Papua bukan hanya perihal uang. Banyak juga mereka-mereka

yang tidak melakukan apa-apa tapi memiliki uang. Mereka-mereka yang memiliki uang tersebut diantara mereka banyak juga yang tidak sejahtera. Itu dia! Sejahtera itu apa dulu!

Jadi, terlepas dari gonjang-ganjing status perusahaan mineral dunia yang sudah dimiliki sahamnya oleh pemerintah RI sebanyak 51 persen dengan 10 persen diperuntukan bagi Papua dan dengan 3 persen diperuntukan bagi Kabupaten Mimika, sementara dana dan tunjangan keuntungan lainnya masih tetap disalurkan bagi masyarakat tujuh suku yang terdampak langsung akibat operasional tambang, kita bukan sedang berbicara “bagaimana caranya agar memiliki uang” tapi “bagaimana caranya agar uang dan potensi kedaerahan Papua bisa mensejahterakan masyarakat Papua"


Recent Posts
Archive
Follow Us
  • Facebook Basic Square
  • Twitter Basic Square
  • Google+ Basic Square
bottom of page